RSS

MAKALAH
SIMBOL, BAHASA, DAN MITOS SERTA KETERKAITANNYA DENGAN HERMENEUTIK DAN FUNGSINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Hermeneutika
Dosen Pengampu : Drs.Djurban, M.Ag.


Oleh :

Abdul Mannan (1604016059)
Ferry Agus Setiawan (1604016070)
Nur Ainah (1604016078)



FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017


PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
  2.    Hidup manusia sangat berseluk beluk. Masih banyak hal belum jelas benar. Pikiran masih harus lebih berfikir, suara dan artikulasi dari kenyataan (das sein), masih perlu didengarkan dan dipatuhi dengan lebih seksama, berbagai hubungan dan arti masih harus senantiasa ditemukan, diintegrasikan, ditotalitaskan, ditinjau kembali dan lain seterusnya. Manusia, pendek kata, harus senantiasa menafsirkan, membuat interpretasi. Selanjutnya, karena implikasinya filsafati kegiatan interpretasi de facto begitu menentukan, maka perlu juga dikaji dan disadari liku-likunya,konsekuensinya, agar dapat mengadakan transedensi manakala diperlukan.

      Jika dasar tinjauan interpretasi sempit, banyak hal dipertaruhkan. Perspektif lain ataupun cakrawala yang lebih memadai (adekuat) sering praktis tidak lagi memungkinkan. Tragisnya berkat social conditioning atau pertimbangan lain (misalnya enggan sulit),banyak orang puas dan bahagia. Relativisme moral, etika linguistic dengan sendirinya merupakan pedoman praktek kehidupan. Manusia menjadi pangling terhadap keadaannya. Dunia buatan (artifisial) merajalela menguasai seluruh cakrawala tahu dan pengetahuan manusia. Pengalaman manusia akan pangkal tolaknya telah dikuasai segalanya yang serba artifisial seperti misalnya sistem, rutinitas, angka-angka, rumus-rumus, pola subjek-objek, tradisi, konseptualisasi.

  3. Rumusan Masalah

    1. Apakah Hermeneutik Bahasa ?
    2. Apakah Hermeneutik Simbol ?
    3. Apakah Hermeneutik Mitos ?
    4. Bagaimanakah hubungan antara bahasa dan hermeneutika ?
    5. Bagaimana peran bahasa Hermeneutika terhadap pemahaman manusia ?

PEMBAHASAN
  1. Hermeneutik Bahasa

       Pada dasarnya hermeneutic berhubungan dengan bahasa. Kita berfikir melalui bahasa, kita berbicara dan menulis melalui bahasa, kita mengerti dan membuat interpretasi dengan bahasa. Bahkan seni yang jelas tidak menggunakan sesuatu bahasa pun berkomunikasi dengan seni-seni yang lainnya juga dengan menggunakan bahasa. Semua bentuk seni yang dtampilkan secara visual, juga diapresiasi dengan menggunakan bahasa.

      H.G. Gardarmer menulis Bahasa merupakan MODUS OPERANDI dari cara kita berada didunia dan merupakan wujud yang seakan-akan merangkul seluruh konstitusi tentang dunia ini. Dengan pernyataan itu, Gardamer telah menyederhanakan status manusia didunia ini sebagai bagian yang seakan tidak terbedakan dari dunia itu sendiri. Kita tidak mungkin berbuat apa-apa didunia tanpa menggunakan bahasa. Sebagai contoh anak-anak yang sedang belajar bicara untuk yang pertama kali. Seorang anak-anak yang sedang belajar bicara seakan-akan dihujani dengan warna-warna, suara maupun kata-kata. Didepan matanya atau didekat telinganya terdapat sekian banyak gambaran atau suara yang simpang siur tidak karuan. Namun pada suatu ia akn menangkap kombinasi suara yang sedang mengandung arti dan mulai berkata-kata untuk pertama kali. Kemudian kita tahu bahwa anak ini sudah mengerti berarti mengerti melalui bahasa. Atas dasar ini kemudian Gadarmer menyatakan bahwa “mengerti” berarti mengerti melalui bahasa.

      Bahasa menjelmakan kebudayaan manusia. Henri Bergson menyatakan bahwa bila seseorang memahami bahasa suatu Negara, dapat dipastikan ia tidak akan mungkin membenci terhadap suatu Negara tersebut , sebab bila kita memahami sesuatu bahasa, kita mampu memahami segala sesuatu. Bahasa adalah medium yang tanpa batas, yang membawa segala sesuatu didalamnya-tidak hanya kebudayaan yang telaah disampaikan kepada kita melalui bahasa, melainkan juga segala sesuatu tanpa ada kecualinya-sebab segala sesuatu itu sudah termuat dalam lapangan pemahaman. Dengan kata lain, memahami bahasa memungkinkan kita untuk berpartsipasi pada pemakaian bahasa di masa-masa yang akan datang. Bahasa adalah perantara yang nyata bagi hubungan umat manusia. Tradisi dan kebudayaan kita, segala warisan nenek moyang kita sebagai suatu bangsa, semuanya itu terungkap didalam bahasa, baik yang terukir pada batu prasasti maupun yang ditulis pada daun lontar (H.G. Gadarmer, 1977:59,68).

      Bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipalai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Bahasa sangat penting dalam usaha komunikasi antar pribadi. Bahasa yang mengandung pikiran dapat menjamin terbukanya otak manusia untuk menyadari dunia dan drinya sendiri. Bahsa menjadikan hubungan antar pribadi dapat saling mengenal dan memahami realitas sekitarnya. Manusia menggunakan bahasa dengan baik agar sesuatu hal yang hendak disampaikannya dapat dipaham dengan baik oleh pendengar. Kesesuaian komunikasi terletak pada penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kecenderungan ini membuat bahasa menjadi hal yang urgent dibicarakan seiring dengan perkembangan budaya dan pemikiran manusia sendiri.

  2. Hermeneutik Simbol

    1. Noda, adalah bahwa disitu kejahatan dihayati sebagai sesuatu “pada dirinya” (in its self). Kejahatan dilihat sebagai sesuatu yang merugikan yang datang dari luar dengan cara magis menimpa serta mencemarkan manusia. Kejahatan disini masih merupakan suatu kejadian objektif. Jadi, berbuat jahat berarti melanggar suatu orde atau tata susunan yang harus tetap dipertahankanperlu dipulihkan kembali (Bertens, 2001, 263-264).
    2. Dosa, manusia melakukan kejahatan “dihadapan tuhan”. Berbuat jahat tidak lagi berarti melanggar sesuatu tata susunan yang magis dan anonym, melainkan ketidaktaatan terhadap tuhan yang telah mengadakan suatu perjanjian dengan manusia. Dosa merupakan ketidaksetiaan menusia terhdap tuhan yang setia (Bertens, 2001, 264).
    3. Kebersalahan (Guilt), cara penghayatan tentang kejahatan ini berkembang di Israel sesudah pengasingan di Babilonia selesai. Pada waktu itu kejahatan ditemukan sebagai kebersalahan pribadi symbol-simbol yang digunakan untuk mengungkapkan kebersalahan ini adalah terutama “beban” dan “kesusahan “yang menekan dan memberatkan hati nurani manusia. Dalam konteks kebersalahan kejahatan dihayati sebagai suatu penghianatan terhadap hakikat manusia yang sebenarnya bukan seperti dosa sebagai suatu pemberontakan terhadap tuhan. Kesempurnaan manusia tercapai dengan memenuhi peraturan-peraturan dan perintah-perintah tuhan secara seksama, tetapi dengan melanggar peraturan-peraturan dan perintah-perintah itu manusia itu tidak bersalah terhadap tuhan, melaikan terhadap manusia itu sendiri.( Bertens, 2001, 265-266)
  3. Hermenutik Mitos

      Ricoeur mengungkapkan mitos-mitos tentang kejahatan yang digunakannya untuk menerangkan dari mana asalnya kejahatan. Mitos tentang tentang kejahatan menurut Ricoeur mempunyi tiga fungsi :

    1. Mitos menyediakan universalitas konkret bagi pengalaman manusia tentang kejahatan
    2. Dengan cerita tentang awal mula dan kesudahan kejahatan itu mitos membawa suatu orientasi dan ketegangan dramatis dalam hidup manusia
    3. Dalam bentuk cerita mitos menjelaskan peralihan dari keadaan manusia tak berdosa yang asli ke keadaannya seorang yang penuh noda, dosa, dan kebersalahan.
    Mitos mempunyai suatu aspek ontologis : memandang hubungan antara keadaan manusia yang asli dengan keadaan historisnya sekarang yang ditandai alienasi.( Bertens, 2001, 266-267) Dalam hubungan nya dengan symbol dan mitos ini Ricoeur membedakan empat macam mitos, diantaranya :
    1. Mitos kosmis, yaitu dilambangkan dengan mitos-mitos Babilonia yang bernama Enumaelish. Dalam mitos ini kejahatan disamakan dengan “khaos” yang terdapat pada awal mula. Dan sebaliknya, keselamatan atau pembebanan dari kejahatan disamakan dengan penciptaan dunia.(Bertens,2001,268)
    2. Mitos tragis, menurutnya banyak dijumpai dalam tragedi-tragedi yunani, khususnya tragdei yang ditulis oleh Aiskhylos. Menurut pandanagn tragis tentang manusia, dewa merupakan asal-usul kejahatan, dewa yang tidak berwujud pesona yang disebut moira (suratan nasib, takdir), theos (tanpa kata sandang : ketuhanan), kakos daimon (roh jahat). Dewa mengakibatkan pahlawan (artinya manusia) menjadi bersalah dan terkutuk karena bersalah. Kejahatan adalah takdir yang menimpa seseorang karena ketidaktahuan atau kebutaan. Orang yang melakukan kejahatan lebih mirip dengan korban daripada dengan penjahat. (Bertens, 2001, 268)
    3. Mitos tentang adam, yang diceritakan dalam kitab suci, yang pertama milik yahudi, manusia sendirilah ditunjukkan sebagai asal usul kejahatan. Semua hal yang tidak beres masuk dunia karena manusia (Adam berarti “manusia”). Disini kita menjumpai suatu mitos antropologis tentang kejahatan. Kejahatan berasal dari lubuk hati manusia, kejahatan disebabkan karena manusia tidak setia, karena ia jatuh. Penciptaan tuhan itu sendiri baik dan sempurna, hanya manusia bertanggung jawab atas segala ketidakberesan dalam dunia. (Bertens, 2001, 268-269)
    4. Mitos orfis, mitos ini menerangkan tentang mitos jiwa yang diasingkan. Karena berasal dari tradisi keagamaan yunani yang dikenal sebagai orfisme. Suatu aliran keagamaan yang menjalankan pengaruh mendalam atas perkembangan filsafat yunani. Khususnya platonisme dan neoplatonisme. Mitos ini memecahkan manusia kedalam jiwa dan tubuh. Jiwa datang dari tempat lain dan mempunyai status ilahi tetapi sekarang terkurung dalam tubuh. Jadi manusia telah jatuh karena jiwanya dikaitkan dengan tubuh dan dalam keadaan itu kejahatannya semakin bertambah dan semakin bertambah pula kerinduan akan kebebasan. Pembebasan itu diperoleh dengan jalan pengetahuan bahwa tubuh itu hanya hawa nafsudan bahwa jika harus menentang nya untuk sekali lagi dapat mencapai taraf ilahi.

  4. Hubungan Bahasa dan Hermeneutika

      Bahasa adalah hal yang paling hakiki dalam kehidupan manusia yang membantu menemukan dirinya dalam dunia yang terus berubah ini. Manusia menggunakan bahasa untuk sebuah tujuan dan arah yang hendak dicapai. Manusia yang memakai bahasa menyadari penggunaan bahasanya baik bahasa ibu maupun bahasa umum. Bahasa mengartikan sesuatu lewat kata-kata yang bisa dipahami dan dimengerti dengan baik. Manusia menangkap arti dan makna kata-kata dengan tepat sekalipun baru pertama kali dilakukannya. Manusia pun memiliki kemampuan untuk mencampurkan gaya-gaya bahasa yang berbeda satu sama lain.

      Bahasa berarti memahami. Menurut Gadamer , posisi sentral bahasa dalam hermeneutika ada yang dapat dipahami dengan bahasa. Pemahaman ini berarti mengerti peristiwa historis yang mengandalkan pemahaman yang mempertimbangkan aspek waktu, masa lalu, dan masa sekarang. Setiap bahasa mempunyai prioritas pada pemahaman. Pemahaman adalah suatu proses bahasa. Memahami berarti menginterpretasikan sesuatu. Manusia berusaha memahami objek dan membentuk pengertian-pengertian tertentu terhadap objek tersebut.

      Keberadaan hermeneutika dalam bahasa merupakan awal dari pemahaman. Hermeneutic sebagai suatu sistem baru muncul jauh setelah ia di praktekan dalam filologi dan studi-studi kitab suci. Teks-teks yang ada perlu ditafsir karena tidak jelas bila karya dibaca dan dipahami dalam waktu yang singkat untuk dapat memahami sebuah teks, sesorang hermeneutic atau penafsir selalu memahami realitas dengan titik tolak sekarang sesuai dengan data historis teks-teks suci tesebut. Selain itu, para penafsir kitab suci mencoba masuk dalam teks asli agar memahmai dengan sungguh-sungguh yang sesuai dengan tujuan dan maksud penulisannya. Jadi hermeneutika merupakan suatu yang universal buukan hanya sekedar metode dalam memahami sesuatu dalam pemahaman manusia.

  5. Peran Bahasa Hermeneutika Terhadap Pemahaman Manusia
    1. Penafsiran Kitab-Kitab Suci dan Tradisi
    2.   Tradisi berarti adat kebiasaan turun menurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat. Hakikat tradisi menyangkut pewarisan isi materi yang diwariskan dan memerlukan penafsiran agar maknanya tidak hilang. Tradisi terjadi dalam hal tertentu misalnya kehidupan religious yang sangat dihormati masyarakat. Pengetahuan manusia menjadi amat penting tatkala mampu mengembangkan dan mempertahankan tradisi agar sesuai dengan tradisi aslinya.

        Hermenutika alkitab adalah suatu usaha untuk menjelaskan, menginterpretasikan, dan menerjemahkan isi teks. Kitab suci perlu ditafsir agar dapat dipahami umat. Bahasa membantu manusia memahami kitab suci. Kegiatan pemahaman dan tradisi dijembatani oleh tradisi yang sama.

    3. Memahami dan Menerapkan Isi Teks-Teks Suci
    4.   Memahami dan menerapkan kitab suci merupakan pekerjaan atau tugas pokok dari pengikut tradisi. Bahasa yang digunakan dalam penulisan teks-teks suci mengikuti arus waktu, situasi, dan keadaan nya. Gaya bahasa nya pun diperhatikan sebagai pelajaran pada masa tersebut. Bahasa alat sebagai perantaraan pewahyuan allah yang terangkum dalam kitab suci.

        Pemahaman selalu melibatkan pengetahuan pembaca dalam memahami sehingga bisa membatasi pemahaman dalam teks suci. Konsep pra pemahaman (pemahaman manusia sebelum memahami sesuatu) dibentuk berdasarkan pemahaman sosial dan pengalaman historis.

      PENUTUP

      Kesimpulan

      Hermeneutik bukanlah merupakan barang baru. Apa yang yang telah dilakukan oleh para hermeneut tersebut pada dasarnya hanyalah mengundang kita untuk melihat secara lebih dekat bahasa yang kita pergunakan, yaitu sebagai alat untuk mengerti dan memahami, dan sekaligus sebagai penyebab salah mengerti ataupun salah paham. Bahasa akan menjadi pusat bahsan hermeneutic sejauh hal itu menyatakan keseluruhan jaringan sejarah, kebudayaan, kehidupan dan nilai-nilai yang merupakan petunjuk kearah interpretasi.

         Hermeneutik tidak dapat disejajar kan dengan metode penelitian ilmiah yang sifatnya ketat dan baku, sementara hermeneutic luwes atau fleksibel. Hermeneutic sebagai metode pembahasan filsafat akan selalu relevan, sebab kebenaran yang diperoleh tergantung pada orang yang melakukan interpretasi dan dogma hermeneutic bersifat luwes sesuai dengan perkembangan zaman dan sifat open-mindedness-nya.


    Daftar Pustaka

    Sumaryono, E, HERMENEUTIK Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta, Pustaka Filsafat, 1993

    Poespoprodjo, INTERPRETASI, Beberapa Catatan Pendekatan Filsafatinya, CV Remadja Karya, tth

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment

jika ada kekurangan dan salah kata mohon maaf. semoga bermanfaat