RSS

MAKALAH
F.D.E Schleiermacher
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Hermeneutika
Dosen Pengampu : Drs.Djurban, M.Ag.



Oleh :

Robby Ashari 1604016045)
Siti Ayu Febriani (1604016050 )
Azmil Ma’ruf (1604016054)



FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017


PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
  2.    Dalam bidang filsafat, pentingnya hermeneutik tidak dapat ditekankan secara berlebihan. Sebab pada kenyataannya, keseluruhan filsafat adalah “interpretasi”,’pembahasan' seluruh isi alam semesta kedalam bahasa kebijaksanaan manusia. Jelaslah bahwa kembalinya minat terhadap hermeneutik terletak di dalam filsafat. Meskipun demikian, sebagaimana terdapat dalam kesusastraan, dalam filsafatpun tidak ada aturan baku untuk interpretasinya. Tentang Plato, misalnya, orang berintepretasi secara berbeda-beda dari zaman ke zaman.

      Hermeneutik menegaskan bahwa manusia autentik selalu dilihat dalam konteks ruang dan waktu dimana manuisa sendiri mengalami atau menghayatinya. Manusia autentik hanya bisa di mengerti atau dipahami dalam ruang dan waktu yang persis tepat dimana ia berada. Dengan kata lain, setiap individu dalam keadaan tersituasikan dan hanya benar-benar dapat dipahami dalam situasinya.

  3. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana riwayat hidup F.D.E Schleiermacher ?
    2. Bagaimana latar belakang pemikiran F.D.E Schleiermacher tentang hermeneutik ?
    3. Bagaimana pengaruh F. Ast dan F.A. Wolf terhadap pemikiran F.D.E Schleiermacher ?

PEMBAHASAN

  1. Riwayat hidup F.D.E Schleiermacher (1768-1834)

      Fredrich Ernst Daniel Schleiermacher dilahirkan di Breslau pada tanggal 21 November 1768 dari keluarga yang sangat taat dalam agama Protestan. Pada tahun 1783 ia mengikuti pendidikan menengah di Sekolah Moravian di Niesky. Alasan memasuki sekolah Moravian, selain mengikuti tradisi keluarganya, adalah karena dia termotivasi yang sangat kuat untuk mencari pengalaman iman yang mendalam dalam hidup kristen. Di sekolah Moravian itu, pelajaran bahasa Latin dan Yunani dijadikan sebagai dasar pendidikan humanistik, disamping pelajaran matematika, botani, dan bahasa inggris.

      Pada musim dingin tahun 1789-1790, setelah ia pindah ke Drossen, ia bersikap skeptik terhadap semua ajaran yang dipelajarinya. Namun karena desakan yang kuat dari ayah dan pamannya, pada tahun 1790 ia pindah ke Berlin untuk mengikuti ujian teologi di Di-rektorat Gereja Reformasi selama 6 hari. Dan hasilnya sangat memuaskan. Pada tahun 1796 ia diangkat menjadi pendeta di Rumah Sakit Charite di Berlin. Pada tahun 1803 ia muai mengajar etika dan teologi pastoral di Universitas Wurzburg. Kemudian ia masuk dalam kelompok dosen Lutheran di Universitas Halle dan menjadi pengkhotbah di universitas itu.

      Schleirmacher memiliki seorang sahabat yang bernama Steffens, ia adalah seorang ahli filsafat Alam Kodrat, yang merupakan faktor penting dalam pembentukan pandangan kefilsafatan Schleiermacher, yaitu filsafat kebudayaan tentang sejarah. Sistem kefilsafatan yang diajarkan oleh Schleiermacher terutama berkisar pada kuliah-kuliahnya tentang dialektika dan etika filsafati. Dalam bidang hermeneutik, Schleiermecher mempergunakan bidang ini terutama dalam diskusi-diskusi tentang filsafat dan teologi. Baginya hermeneutik adalah sebuah teori tentang penjabaran dan interpretasi teks-teks mengenai konsep-konsep tradisional kitab suci dan dogma.

      Schleiermacher menerapkan metode-metode philologi untuk membahas tulisan-tulisan biblis (tentang kitab suci Bible) dan menerapkan metode hermeneutik teologis untuk teks-teks yang tidak berhubungn dengan Injil (Bible). Penerapan metode philologi tersebut dimaksudkan, oleh Schleiermecher, untuk mencapai pemahaman yang tepat atas makna teks. Schleiermacher meninggal dunia pada hari Rabu tanggal 12 Februari 1834 karena radang paru-paru. Kematiannya itu membuat seluruh warga civitas academica Universitas Berlin berduka cita sangat dalam karena kehilangan seorang tokoh besar dan salah satu pendiri universitas tersebut.

  2. Hermeneutik Simbol

    1. Noda, adalah bahwa disitu kejahatan dihayati sebagai sesuatu “pada dirinya” (in its self). Kejahatan dilihat sebagai sesuatu yang merugikan yang datang dari luar dengan cara magis menimpa serta mencemarkan manusia. Kejahatan disini masih merupakan suatu kejadian objektif. Jadi, berbuat jahat berarti melanggar suatu orde atau tata susunan yang harus tetap dipertahankanperlu dipulihkan kembali (Bertens, 2001, 263-264).
    2. Dosa, manusia melakukan kejahatan “dihadapan tuhan”. Berbuat jahat tidak lagi berarti melanggar sesuatu tata susunan yang magis dan anonym, melainkan ketidaktaatan terhadap tuhan yang telah mengadakan suatu perjanjian dengan manusia. Dosa merupakan ketidaksetiaan menusia terhdap tuhan yang setia (Bertens, 2001, 264).
    3. Kebersalahan (Guilt), cara penghayatan tentang kejahatan ini berkembang di Israel sesudah pengasingan di Babilonia selesai. Pada waktu itu kejahatan ditemukan sebagai kebersalahan pribadi symbol-simbol yang digunakan untuk mengungkapkan kebersalahan ini adalah terutama “beban” dan “kesusahan “yang menekan dan memberatkan hati nurani manusia. Dalam konteks kebersalahan kejahatan dihayati sebagai suatu penghianatan terhadap hakikat manusia yang sebenarnya bukan seperti dosa sebagai suatu pemberontakan terhadap tuhan. Kesempurnaan manusia tercapai dengan memenuhi peraturan-peraturan dan perintah-perintah tuhan secara seksama, tetapi dengan melanggar peraturan-peraturan dan perintah-perintah itu manusia itu tidak bersalah terhadap tuhan, melaikan terhadap manusia itu sendiri.( Bertens, 2001, 265-266)
  3. Latar belakang pemikiran tentang hermeneutik

      Walaupun ia hidup di abad yang telah silam, namun F.D.E. Schleiermacher cukup pantas untuk ditempatkan sebagai tokoh hermeneutiik yang berlaku saat ini. Ia membedakan hermeneutik dalm pengertian sebagai ‘ilmu atau seni’ memahami dengan hermeneutik yang didefinisikan sebagai studi tentang memahami itu sendiri (Richard E. Plmer, 1969:40).

      “Semenjak seni berbicara dan seni memahami berhubungan satu sama lain, maka berbicara hanya merupakan sisi luar dari berpikir, hermeneutik adalah bagian dari seni berpikir itu, dan oleh karenanya bersifat filosofis” (Schleiermacher, 1977:97).

      Penerapan hermeneutika sangatlah luas, yaitu dalam bidang teolgis, filosofis, linguistik maupun hukum. Pertama-tama buah pikiran kita mengerti, baru kemudian kita ucapkan. Inilah alasannya mengapa Schleiermacher menyatakan bahwa bicara kita berkembang seiring dengan buah pikiran kita. Yang dimaksudkan dengan Schleiermacher adalah bahwa ada jurang pemisah antara atau berfikir yang sifatnya internal dengan ucapan yang aktual. Setiap pembicara harus mempunyai waktu dan tempat, dan bahasa dimodifikasikan menurut kedua hal tersebut. Satu pernyataan tunggal dapat kita mengerti atau kita pahami dengan berbagai cara, tergantung pada tata bahasa dan keterlibatan pendengarnya. Sebuah contoh klasik dalam bahasa latin, yaitu kalimat yang di ucapkan oleh seorang dukun dari kota Delphi pada zaman Romawi, yang disampaikan kepada seorang jendral yang akan maju ke medan perang memimpin pasukannya. Pada saat berkonsultasi secara psikologis sang jendral Romawi sudah diliputi emosi berperang dia datang ke dukun tersebut hanya ingin mendapat nasihat yang dapat meneguhkan hatinya. Kalimat ynag di ucapkan dukun tersebut adalah Ibis redibis, numquam peribis in armis. Jika dalam memahami kalimat tersebut, sang jendral meletakkan koma sesudah kata redibis, sehingga tata bahasanya menunjukkan negasi numquam yang dikenakan pada kata peribis, maka kalimat itu akan dipahami sebagai berikut: “Engkau akan pergi dan engkau akan kembali, engkau tidak akan gugur dimedan perang.” Malangnya, sang jendral kalah dan ia gugur dalam peperangan. Anak buahnya segera pergi ke dukun tersebut dan memohon penjelasan dengan ancaman akan mengenakan denda uang kalau dukun terseubt tidak bersedia. Dengan cerdiknya sang dukun menjelaskan bahwa pada dasarnya maksud dari ucapnnya itu adalah : “ Engkau akan pergi dan engkau tidak akan pernah kembali, engkau akan gugur dalam pertempuran.” Ini dapat terjadi hanya dengan memindahkan koma sesudah kata numquam, sehingga kalimatnya menjadi : Ibis redibis numquam, peribis in armis.

      Seandainya ada rasio 1-1 antara pikiran dan ucapan kita, yaitu seandainya dimungkinkan pikiran kita dipantulkan secara tidak senada (tidak ekuivokal) dengan ucapan kita, maka mungkin ada salah ucap, jadi tidak perlu lagi ada hermeneutika. Akan tetapi karena tidak ada kesan (impresi) langsung dari pikiran ke ucapan kita, maka kemungkinan untuk salah ucap itu benar sekali. Bahkan saat kita meletakkan pause diantara kata-kata dalam kalimat seringkali kita mengalami kesenjangan jalan pikiran. Inilah bahaya yang sring kuta alami, yaitu kita sering membuat kesalahan linguistik.

  4. Hubungan Bahasa dan Hermeneutika

      Bahasa adalah hal yang paling hakiki dalam kehidupan manusia yang membantu menemukan dirinya dalam dunia yang terus berubah ini. Manusia menggunakan bahasa untuk sebuah tujuan dan arah yang hendak dicapai. Manusia yang memakai bahasa menyadari penggunaan bahasanya baik bahasa ibu maupun bahasa umum. Bahasa mengartikan sesuatu lewat kata-kata yang bisa dipahami dan dimengerti dengan baik. Manusia menangkap arti dan makna kata-kata dengan tepat sekalipun baru pertama kali dilakukannya. Manusia pun memiliki kemampuan untuk mencampurkan gaya-gaya bahasa yang berbeda satu sama lain.

      Bahasa berarti memahami. Menurut Gadamer , posisi sentral bahasa dalam hermeneutika ada yang dapat dipahami dengan bahasa. Pemahaman ini berarti mengerti peristiwa historis yang mengandalkan pemahaman yang mempertimbangkan aspek waktu, masa lalu, dan masa sekarang. Setiap bahasa mempunyai prioritas pada pemahaman. Pemahaman adalah suatu proses bahasa. Memahami berarti menginterpretasikan sesuatu. Manusia berusaha memahami objek dan membentuk pengertian-pengertian tertentu terhadap objek tersebut.

      Keberadaan hermeneutika dalam bahasa merupakan awal dari pemahaman. Hermeneutic sebagai suatu sistem baru muncul jauh setelah ia di praktekan dalam filologi dan studi-studi kitab suci. Teks-teks yang ada perlu ditafsir karena tidak jelas bila karya dibaca dan dipahami dalam waktu yang singkat untuk dapat memahami sebuah teks, sesorang hermeneutic atau penafsir selalu memahami realitas dengan titik tolak sekarang sesuai dengan data historis teks-teks suci tesebut. Selain itu, para penafsir kitab suci mencoba masuk dalam teks asli agar memahmai dengan sungguh-sungguh yang sesuai dengan tujuan dan maksud penulisannya. Jadi hermeneutika merupakan suatu yang universal buukan hanya sekedar metode dalam memahami sesuatu dalam pemahaman manusia.

  5. Pengaruh F. Ast dan F.A. Wolf

      Dalam uraiannya, Schleiermacher banyak dipengaruhi oleh para penasihatnya, seperti misalnya Fredrich Ast dan Fredirich August Wolf. Dari F. Ast Schleiermacher mendapati ide untuk mendapatkan isi sebuah karya dari dua sisi, yakni sisi luar dan sisi dalam. Aspek luar sebuah karya (teks) yaitu aspek tata bahasa dan kekhasan linguistiknya. Aspek dalam ialah ‘jiwa’ nya (Geist).

      “Filsafat adalah sebuah hermeneutic yang membaca makna yang tersembunyi didalam sebuah teks yang mengandung arti yang kelihatanya sudah jelas” (Ricoeur, 1974:22).

      Selain dipengaruhi oleh F.Ast, Schleiermacher juga di pengaruhi oleh F.A.Wolf . F.A.Wolf mendefinisikan hermeneutik sebagai seni menemukan makna sebuah teks. Menurut Wolf, juga ada tiga taraf atau jenis hermeneutik atau interpretasi, yaitu interpretasi gramatikal, historis dan retorik. Interpretasi gramatikal berhubunngan dengan bahasa; interpretasi historis dengan fakta waktu; sedang interpretasi retorik mengontrol kedua jenis interpretasi yang terdahulu. Wolf dilain pihak menyatakan bahwa ketiga hal itu sendiri tidak memadai jika dijadikan sebuah organom untuk ilmu. pengetahuan tentang hal-hal yang sudah lampau. Ketiga hal tersebut harus ditambah dengan kefasihan gaya dan seni yang mencakup juga hal-hal yang bersifat klasik.

    Inti Uraian tentang Hermeneutik

      Menurut Schleiermacher, ada dua tugas hermeneutik yang pada hakikatnya identik satu sama lain, yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis. Bahasa gramatikal merupakan syarat berpikir setiap orang. Sedangkan aspek psikologis interpretasi memungkinkan seorang menangkap ‘setitik cahaya’ pribadi penulis. Oleh karenanya, untuk memahami pernyataan-pernyataan pembicara orang harus mampu memahami bahasanya sebaik memahami kejiwaanya. Ada beberapa taraf memahami, demikian juga dengan interpretasi. Taraf pertama ialah interpretasi dan pemahaman mekanis: pemahaman interpretasi dalam kehidupan kita sehari-hari, dijalan-jalan, bahkan di pasar, atau dimana saja orang berkumpul bersama untuk berbincang-bincang tentang topik umum. Taraf kedua ialah taraf ilmiah: dilakukan oleh universitas-universitas, dimana diharapkan adanya taraf pemahaman dan interpretasi yang lebih tinggi. Taraf kedua ini dasarnya adalah kekayaan pengalaman dan observasi. Taraf ketiga adalah taraf seni: disini tidak ada aturan yang mengikat atau membatasi imajinasi.

      Schleiermacher lebih menekankan seni pada interpretasi. Mungkin karena inilah Schleiermacher menyatakan bahwa “sebagai suatu seni, maka tidak ada hermeneutik yang bersifat umum; yang ada hanyalah macam-macam hermeneutik yang sudah dikhususkan (penggunaannya).” Pemahaman yang selalu dipasangkan dengan interpretasi tidak lain adalah seni, dalam arti bahwa seseorang tidak dapat meramalkan waktu dan cara seseorang mengerti. Schleiermacher mengatakan bahwa pikiran kita adalah sebuah proses yang “mengalir” dan bukan sekedar fakta yang serba komplet. Oleh karena itu kita memerlukan suatu ‘pandangan kedalam’ atau intuisi yang tidak membingungkan bila kita ingin memahami sesuatu teks.


    PENUTUP

    Kesimpulan

      Filsafat adalah sebuah hermeneutik yang membaca makna yang tersembunyi di dalam sebuah teks yang mengandung arti yang kelihatannya sudah jelas. Menurut F.D.E Schleiermacher tugas hermenutik adalah memahami teks sebaik atau lebih baik daripada pengarangnya sendiri, dan memahami pengarang teks lebih baik daripada memahami diri sendiri. Bahasa gramatikal merupakan syarat berpikir setiap orang. Sedangkan aspek psikologis interpretasi memungkinkan seorang menangkap ‘setitik cahaya’ pribadi penulis. Oleh karenanya, untuk memahami pernyataan-pernyataan pembicara orang harus mampu memahami bahasanya sebaik memahami kejiwaanya.


    Daftar Pustaka

    Sumaryono, E. Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. 1993.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MAKALAH
SIMBOL, BAHASA, DAN MITOS SERTA KETERKAITANNYA DENGAN HERMENEUTIK DAN FUNGSINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Hermeneutika
Dosen Pengampu : Drs.Djurban, M.Ag.


Oleh :

Abdul Mannan (1604016059)
Ferry Agus Setiawan (1604016070)
Nur Ainah (1604016078)



FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017


PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
  2.    Hidup manusia sangat berseluk beluk. Masih banyak hal belum jelas benar. Pikiran masih harus lebih berfikir, suara dan artikulasi dari kenyataan (das sein), masih perlu didengarkan dan dipatuhi dengan lebih seksama, berbagai hubungan dan arti masih harus senantiasa ditemukan, diintegrasikan, ditotalitaskan, ditinjau kembali dan lain seterusnya. Manusia, pendek kata, harus senantiasa menafsirkan, membuat interpretasi. Selanjutnya, karena implikasinya filsafati kegiatan interpretasi de facto begitu menentukan, maka perlu juga dikaji dan disadari liku-likunya,konsekuensinya, agar dapat mengadakan transedensi manakala diperlukan.

      Jika dasar tinjauan interpretasi sempit, banyak hal dipertaruhkan. Perspektif lain ataupun cakrawala yang lebih memadai (adekuat) sering praktis tidak lagi memungkinkan. Tragisnya berkat social conditioning atau pertimbangan lain (misalnya enggan sulit),banyak orang puas dan bahagia. Relativisme moral, etika linguistic dengan sendirinya merupakan pedoman praktek kehidupan. Manusia menjadi pangling terhadap keadaannya. Dunia buatan (artifisial) merajalela menguasai seluruh cakrawala tahu dan pengetahuan manusia. Pengalaman manusia akan pangkal tolaknya telah dikuasai segalanya yang serba artifisial seperti misalnya sistem, rutinitas, angka-angka, rumus-rumus, pola subjek-objek, tradisi, konseptualisasi.

  3. Rumusan Masalah

    1. Apakah Hermeneutik Bahasa ?
    2. Apakah Hermeneutik Simbol ?
    3. Apakah Hermeneutik Mitos ?
    4. Bagaimanakah hubungan antara bahasa dan hermeneutika ?
    5. Bagaimana peran bahasa Hermeneutika terhadap pemahaman manusia ?

PEMBAHASAN
  1. Hermeneutik Bahasa

       Pada dasarnya hermeneutic berhubungan dengan bahasa. Kita berfikir melalui bahasa, kita berbicara dan menulis melalui bahasa, kita mengerti dan membuat interpretasi dengan bahasa. Bahkan seni yang jelas tidak menggunakan sesuatu bahasa pun berkomunikasi dengan seni-seni yang lainnya juga dengan menggunakan bahasa. Semua bentuk seni yang dtampilkan secara visual, juga diapresiasi dengan menggunakan bahasa.

      H.G. Gardarmer menulis Bahasa merupakan MODUS OPERANDI dari cara kita berada didunia dan merupakan wujud yang seakan-akan merangkul seluruh konstitusi tentang dunia ini. Dengan pernyataan itu, Gardamer telah menyederhanakan status manusia didunia ini sebagai bagian yang seakan tidak terbedakan dari dunia itu sendiri. Kita tidak mungkin berbuat apa-apa didunia tanpa menggunakan bahasa. Sebagai contoh anak-anak yang sedang belajar bicara untuk yang pertama kali. Seorang anak-anak yang sedang belajar bicara seakan-akan dihujani dengan warna-warna, suara maupun kata-kata. Didepan matanya atau didekat telinganya terdapat sekian banyak gambaran atau suara yang simpang siur tidak karuan. Namun pada suatu ia akn menangkap kombinasi suara yang sedang mengandung arti dan mulai berkata-kata untuk pertama kali. Kemudian kita tahu bahwa anak ini sudah mengerti berarti mengerti melalui bahasa. Atas dasar ini kemudian Gadarmer menyatakan bahwa “mengerti” berarti mengerti melalui bahasa.

      Bahasa menjelmakan kebudayaan manusia. Henri Bergson menyatakan bahwa bila seseorang memahami bahasa suatu Negara, dapat dipastikan ia tidak akan mungkin membenci terhadap suatu Negara tersebut , sebab bila kita memahami sesuatu bahasa, kita mampu memahami segala sesuatu. Bahasa adalah medium yang tanpa batas, yang membawa segala sesuatu didalamnya-tidak hanya kebudayaan yang telaah disampaikan kepada kita melalui bahasa, melainkan juga segala sesuatu tanpa ada kecualinya-sebab segala sesuatu itu sudah termuat dalam lapangan pemahaman. Dengan kata lain, memahami bahasa memungkinkan kita untuk berpartsipasi pada pemakaian bahasa di masa-masa yang akan datang. Bahasa adalah perantara yang nyata bagi hubungan umat manusia. Tradisi dan kebudayaan kita, segala warisan nenek moyang kita sebagai suatu bangsa, semuanya itu terungkap didalam bahasa, baik yang terukir pada batu prasasti maupun yang ditulis pada daun lontar (H.G. Gadarmer, 1977:59,68).

      Bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipalai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Bahasa sangat penting dalam usaha komunikasi antar pribadi. Bahasa yang mengandung pikiran dapat menjamin terbukanya otak manusia untuk menyadari dunia dan drinya sendiri. Bahsa menjadikan hubungan antar pribadi dapat saling mengenal dan memahami realitas sekitarnya. Manusia menggunakan bahasa dengan baik agar sesuatu hal yang hendak disampaikannya dapat dipaham dengan baik oleh pendengar. Kesesuaian komunikasi terletak pada penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kecenderungan ini membuat bahasa menjadi hal yang urgent dibicarakan seiring dengan perkembangan budaya dan pemikiran manusia sendiri.

  2. Hermeneutik Simbol

    1. Noda, adalah bahwa disitu kejahatan dihayati sebagai sesuatu “pada dirinya” (in its self). Kejahatan dilihat sebagai sesuatu yang merugikan yang datang dari luar dengan cara magis menimpa serta mencemarkan manusia. Kejahatan disini masih merupakan suatu kejadian objektif. Jadi, berbuat jahat berarti melanggar suatu orde atau tata susunan yang harus tetap dipertahankanperlu dipulihkan kembali (Bertens, 2001, 263-264).
    2. Dosa, manusia melakukan kejahatan “dihadapan tuhan”. Berbuat jahat tidak lagi berarti melanggar sesuatu tata susunan yang magis dan anonym, melainkan ketidaktaatan terhadap tuhan yang telah mengadakan suatu perjanjian dengan manusia. Dosa merupakan ketidaksetiaan menusia terhdap tuhan yang setia (Bertens, 2001, 264).
    3. Kebersalahan (Guilt), cara penghayatan tentang kejahatan ini berkembang di Israel sesudah pengasingan di Babilonia selesai. Pada waktu itu kejahatan ditemukan sebagai kebersalahan pribadi symbol-simbol yang digunakan untuk mengungkapkan kebersalahan ini adalah terutama “beban” dan “kesusahan “yang menekan dan memberatkan hati nurani manusia. Dalam konteks kebersalahan kejahatan dihayati sebagai suatu penghianatan terhadap hakikat manusia yang sebenarnya bukan seperti dosa sebagai suatu pemberontakan terhadap tuhan. Kesempurnaan manusia tercapai dengan memenuhi peraturan-peraturan dan perintah-perintah tuhan secara seksama, tetapi dengan melanggar peraturan-peraturan dan perintah-perintah itu manusia itu tidak bersalah terhadap tuhan, melaikan terhadap manusia itu sendiri.( Bertens, 2001, 265-266)
  3. Hermenutik Mitos

      Ricoeur mengungkapkan mitos-mitos tentang kejahatan yang digunakannya untuk menerangkan dari mana asalnya kejahatan. Mitos tentang tentang kejahatan menurut Ricoeur mempunyi tiga fungsi :

    1. Mitos menyediakan universalitas konkret bagi pengalaman manusia tentang kejahatan
    2. Dengan cerita tentang awal mula dan kesudahan kejahatan itu mitos membawa suatu orientasi dan ketegangan dramatis dalam hidup manusia
    3. Dalam bentuk cerita mitos menjelaskan peralihan dari keadaan manusia tak berdosa yang asli ke keadaannya seorang yang penuh noda, dosa, dan kebersalahan.
    Mitos mempunyai suatu aspek ontologis : memandang hubungan antara keadaan manusia yang asli dengan keadaan historisnya sekarang yang ditandai alienasi.( Bertens, 2001, 266-267) Dalam hubungan nya dengan symbol dan mitos ini Ricoeur membedakan empat macam mitos, diantaranya :
    1. Mitos kosmis, yaitu dilambangkan dengan mitos-mitos Babilonia yang bernama Enumaelish. Dalam mitos ini kejahatan disamakan dengan “khaos” yang terdapat pada awal mula. Dan sebaliknya, keselamatan atau pembebanan dari kejahatan disamakan dengan penciptaan dunia.(Bertens,2001,268)
    2. Mitos tragis, menurutnya banyak dijumpai dalam tragedi-tragedi yunani, khususnya tragdei yang ditulis oleh Aiskhylos. Menurut pandanagn tragis tentang manusia, dewa merupakan asal-usul kejahatan, dewa yang tidak berwujud pesona yang disebut moira (suratan nasib, takdir), theos (tanpa kata sandang : ketuhanan), kakos daimon (roh jahat). Dewa mengakibatkan pahlawan (artinya manusia) menjadi bersalah dan terkutuk karena bersalah. Kejahatan adalah takdir yang menimpa seseorang karena ketidaktahuan atau kebutaan. Orang yang melakukan kejahatan lebih mirip dengan korban daripada dengan penjahat. (Bertens, 2001, 268)
    3. Mitos tentang adam, yang diceritakan dalam kitab suci, yang pertama milik yahudi, manusia sendirilah ditunjukkan sebagai asal usul kejahatan. Semua hal yang tidak beres masuk dunia karena manusia (Adam berarti “manusia”). Disini kita menjumpai suatu mitos antropologis tentang kejahatan. Kejahatan berasal dari lubuk hati manusia, kejahatan disebabkan karena manusia tidak setia, karena ia jatuh. Penciptaan tuhan itu sendiri baik dan sempurna, hanya manusia bertanggung jawab atas segala ketidakberesan dalam dunia. (Bertens, 2001, 268-269)
    4. Mitos orfis, mitos ini menerangkan tentang mitos jiwa yang diasingkan. Karena berasal dari tradisi keagamaan yunani yang dikenal sebagai orfisme. Suatu aliran keagamaan yang menjalankan pengaruh mendalam atas perkembangan filsafat yunani. Khususnya platonisme dan neoplatonisme. Mitos ini memecahkan manusia kedalam jiwa dan tubuh. Jiwa datang dari tempat lain dan mempunyai status ilahi tetapi sekarang terkurung dalam tubuh. Jadi manusia telah jatuh karena jiwanya dikaitkan dengan tubuh dan dalam keadaan itu kejahatannya semakin bertambah dan semakin bertambah pula kerinduan akan kebebasan. Pembebasan itu diperoleh dengan jalan pengetahuan bahwa tubuh itu hanya hawa nafsudan bahwa jika harus menentang nya untuk sekali lagi dapat mencapai taraf ilahi.

  4. Hubungan Bahasa dan Hermeneutika

      Bahasa adalah hal yang paling hakiki dalam kehidupan manusia yang membantu menemukan dirinya dalam dunia yang terus berubah ini. Manusia menggunakan bahasa untuk sebuah tujuan dan arah yang hendak dicapai. Manusia yang memakai bahasa menyadari penggunaan bahasanya baik bahasa ibu maupun bahasa umum. Bahasa mengartikan sesuatu lewat kata-kata yang bisa dipahami dan dimengerti dengan baik. Manusia menangkap arti dan makna kata-kata dengan tepat sekalipun baru pertama kali dilakukannya. Manusia pun memiliki kemampuan untuk mencampurkan gaya-gaya bahasa yang berbeda satu sama lain.

      Bahasa berarti memahami. Menurut Gadamer , posisi sentral bahasa dalam hermeneutika ada yang dapat dipahami dengan bahasa. Pemahaman ini berarti mengerti peristiwa historis yang mengandalkan pemahaman yang mempertimbangkan aspek waktu, masa lalu, dan masa sekarang. Setiap bahasa mempunyai prioritas pada pemahaman. Pemahaman adalah suatu proses bahasa. Memahami berarti menginterpretasikan sesuatu. Manusia berusaha memahami objek dan membentuk pengertian-pengertian tertentu terhadap objek tersebut.

      Keberadaan hermeneutika dalam bahasa merupakan awal dari pemahaman. Hermeneutic sebagai suatu sistem baru muncul jauh setelah ia di praktekan dalam filologi dan studi-studi kitab suci. Teks-teks yang ada perlu ditafsir karena tidak jelas bila karya dibaca dan dipahami dalam waktu yang singkat untuk dapat memahami sebuah teks, sesorang hermeneutic atau penafsir selalu memahami realitas dengan titik tolak sekarang sesuai dengan data historis teks-teks suci tesebut. Selain itu, para penafsir kitab suci mencoba masuk dalam teks asli agar memahmai dengan sungguh-sungguh yang sesuai dengan tujuan dan maksud penulisannya. Jadi hermeneutika merupakan suatu yang universal buukan hanya sekedar metode dalam memahami sesuatu dalam pemahaman manusia.

  5. Peran Bahasa Hermeneutika Terhadap Pemahaman Manusia
    1. Penafsiran Kitab-Kitab Suci dan Tradisi
    2.   Tradisi berarti adat kebiasaan turun menurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat. Hakikat tradisi menyangkut pewarisan isi materi yang diwariskan dan memerlukan penafsiran agar maknanya tidak hilang. Tradisi terjadi dalam hal tertentu misalnya kehidupan religious yang sangat dihormati masyarakat. Pengetahuan manusia menjadi amat penting tatkala mampu mengembangkan dan mempertahankan tradisi agar sesuai dengan tradisi aslinya.

        Hermenutika alkitab adalah suatu usaha untuk menjelaskan, menginterpretasikan, dan menerjemahkan isi teks. Kitab suci perlu ditafsir agar dapat dipahami umat. Bahasa membantu manusia memahami kitab suci. Kegiatan pemahaman dan tradisi dijembatani oleh tradisi yang sama.

    3. Memahami dan Menerapkan Isi Teks-Teks Suci
    4.   Memahami dan menerapkan kitab suci merupakan pekerjaan atau tugas pokok dari pengikut tradisi. Bahasa yang digunakan dalam penulisan teks-teks suci mengikuti arus waktu, situasi, dan keadaan nya. Gaya bahasa nya pun diperhatikan sebagai pelajaran pada masa tersebut. Bahasa alat sebagai perantaraan pewahyuan allah yang terangkum dalam kitab suci.

        Pemahaman selalu melibatkan pengetahuan pembaca dalam memahami sehingga bisa membatasi pemahaman dalam teks suci. Konsep pra pemahaman (pemahaman manusia sebelum memahami sesuatu) dibentuk berdasarkan pemahaman sosial dan pengalaman historis.

      PENUTUP

      Kesimpulan

      Hermeneutik bukanlah merupakan barang baru. Apa yang yang telah dilakukan oleh para hermeneut tersebut pada dasarnya hanyalah mengundang kita untuk melihat secara lebih dekat bahasa yang kita pergunakan, yaitu sebagai alat untuk mengerti dan memahami, dan sekaligus sebagai penyebab salah mengerti ataupun salah paham. Bahasa akan menjadi pusat bahsan hermeneutic sejauh hal itu menyatakan keseluruhan jaringan sejarah, kebudayaan, kehidupan dan nilai-nilai yang merupakan petunjuk kearah interpretasi.

         Hermeneutik tidak dapat disejajar kan dengan metode penelitian ilmiah yang sifatnya ketat dan baku, sementara hermeneutic luwes atau fleksibel. Hermeneutic sebagai metode pembahasan filsafat akan selalu relevan, sebab kebenaran yang diperoleh tergantung pada orang yang melakukan interpretasi dan dogma hermeneutic bersifat luwes sesuai dengan perkembangan zaman dan sifat open-mindedness-nya.


    Daftar Pustaka

    Sumaryono, E, HERMENEUTIK Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta, Pustaka Filsafat, 1993

    Poespoprodjo, INTERPRETASI, Beberapa Catatan Pendekatan Filsafatinya, CV Remadja Karya, tth

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS










SELAMAT DATANG DI BLOG KUMPULAN MAKALAH

Untuk melihat semua makalah, anda bisa klik dibagian menu Makalah atau bisa lihat di Archives. hanya 10 makalah yang ada di Archives.

Mohon maaf jika ada yang kurang dan salah kata

Semoga Bermanfaat.
















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kumpulan Makalah

FILAFAT UMUM

ILMU USHUL FIQH

ISLAM DAN BUDAYA JAWA

HERMENEUTIKA

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Quotes Parmenides

Parmenides

Filsuf dari Yunani
Lahir: Abad Ke-6 SM


"Tidak ada yang keluar dari apa yang tidak dilakukan"


"Anda harus mempelajari semua hal, baik hati yang tak tergoyahkan kebenaran persuasif, dan pendapat manusia di mana tidak ada jaminan yang sebenarnya."


"Beri saya kekuatan untuk menghasilkan demam dan saya akan menyembuhkan semua penyakit."


"Ada satu kisah lagi, satu jalan: itu saja. Dan di jalan ini ada banyak sekali tanda-tanda bahwa, makhluk, tidak diciptakan dan tidak dapat binasa, utuh, unik, tak tergoyahkan, dan lengkap."


"Semuanya adalah sifat dari ketiadaan."


"Menatap dengan mantap pada hal-hal, meskipun jauh, belum ada dalam pikiran."


"Kita dapat berbicara dan hanya memikirkan apa yang ada. Dan apa yang ada tidak tercipta dan tidak dapat binasa karena itu utuh dan tidak berubah dan lengkap. Itu tidak atau tidak akan berbeda karena sekarang, semuanya sekaligus, satu dan berkelanjutan."


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Quotes Heraclitus

Heraclitus

Filsuf dari Yunani
Lahir: 540 SM - 480 SM


"Out of every one hundred men, ten shouldn't even be there, eighty are just targets, nine are the real fighters, and we are lucky to have them, for they make the battle. Ah, but the one, one is a warrior, and he will bring the others back."


"No man ever steps in the same river twice, for it's not the same river and he's not the same man."


"The Only Thing That Is Constant Is Change."


"Time is a game played beautifully by children."


"The soul is dyed the color of its thoughts. Think only on those things that are in line with your principles and can bear the light of day. The content of your character is your choice. Day by day, what you do is who you become. Your integrity is your destiny - it is the light that guides your way."


"Wisdom is the oneness of mind that guides and permeates all things."


"Allow yourself to think only those thoughts that match your principles and can bear the bright light of day. Day by day, your choices, your thoughts, your actions fashion the person you become. Your integrity determines your destiny."


"The unlike is joined together, and from differences results the most beautiful harmony."


"Those who love wisdom must investigate many things."


"The soul is dyed the color of its thoughts."


"The content of your character is your choice. Day by day, what you choose, what you think and what you do is who you become."


"Thinking is a sacred disease and sight is deceptive."


"All things are in flux; the flux is subject to a unifying measure or rational principle. This principle (logos, the hidden harmony behind all change) bound opposites together in a unified tension, which is like that of a lyre, where a stable harmonious sound emerges from the tension of the opposing forces that arise from the bow bound together by the string."


"The awake share a common world, but the asleep turn aside into private worlds."


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Quotes Pythagoras

Pythagoras

Filsuf dan ahli matematika dari Yunani
Lahir: 580 SM - 504 SM


"Derajat kebaikan seorang hamba yang paling tinggi adalah yang hatinya dapat terpuaskan oleh Tuannya Yang Maha Benar sehingga dia tidak membutuhkan perantara antara dirinya dengan Tuannya itu."


"Jika engkau ingin hidup senang, maka hendaklah engkau rela di anggap sebagai tidak berakal atau di anggap orang bodoh."


"Jangan katakan hal-hal kecil dengan banyak kata-kata, tapi katakanlah sesuatu yang besar dengan sedikit kata."


"Diam adalah lebih baik daripada mengucapkan kata-kata yang tanpa makna."


"Pilih olehmu menjadi pihak yang kalah tapi benar. Dan janganlah sekali-sekali engkau menjadi pemenang tetapi zalim."


"Jangan membanggakan apa yang kamu lakukan hari ini, sebab engkau tidak akan tahu apa yang akan di berikan oleh hari esok."


"Saya mengundang teman-temannya untuk makan, tetapi ternyata pembantuku melalaikan perintah dan tidak menyiapkan makanan. Saat teman-temannya datang, dia tidak panik, malah tertawa. Dia berkata, Hari ini telah kita dapatkan hal-hal yang lebih mulia daripada alasan pertemuan kita ini, yaitu menahan kemurkaan, menguasai kemarahan, menggenggam kesabaran, dan menghiasi diri dengan kelembutan."


"Pukulan dari sahabatmu lebih baik dari pada ciuman dari musuhmu."


"Jangan sekali-kali percaya pada kasih sayang yang datang tiba-tiba, karena dia akan meninggalkanmu dengan tiba-tiba pula."


"Wahai anak muda, jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, engkau harus menanggung pahitnya kebodohan."


"As long as Man continues to be the ruthless destroyer of lower living beings, he will never know health or peace. For as long as men massacre animals, they will kill each other. Indeed, he who sows the seed of murder and pain cannot reap joy and love."


"If there be light, then there is darkness; if cold, heat; if height, depth; if solid, fluid; if hard, soft; if rough, smooth; if calm, tempest; if prosperity, adversity; if life, death."


"There is geometry in the humming of the strings. There is music in the spacing of the spheres."


"Let no one persuade you by word or deed to do or say whatever is not best for you."


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS