RSS

RESEARCH JOURNAL
REALISME ARISTOTELES
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Dr.Widiastuti,M.Ag.


Oleh :

Abdul Mannan (1604016059)
Nur Ainah (1604016078)
Mudakir (1604016081)



FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017


PENDAHULUAN


   Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapi ia percaya pada Tuhan, jasanya dalam menolong Plato dan Sokrates dalam meeragi kaum Sofis. Bukti adanya tuhan menurutnya adalah tuhan sebagai penyebab gerak ( a fist cause of motion).
   Pandangannya lebih realis dari pada pandangan plato, yang didasari pada abstrak. Karena pendekatan yang dilakukan oleh Aristoteles adalah pendekatan Empiris. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian dialam dan mendukung pengembangan ilmu-ilmu khusus. “Peristiwa-peristiwa dalam hidup keseharian sering kita tanggapi sebagai sesuatu yang serba biasa, yang tidak menimbulkan rasa heran atau kagum. Berulang kali telah kita lihat bagaimana bunga pohon jambu berguguran sebelum menghasilkan buahnya. Sampai pada suatu ketika sekuntum saja yang dengan perlahan-lahan melayang kebawah menimbulkan semacam rasa heran dalam hati kita. Apa artinya gejala ini, apa maknanya pohon jambu sebelum berbuah menaburkan bunga-bunganya ? Adakah semuanya ini terjadi dalam kerangka yang lebih luas (tidak hanya pada pohon jambu, namun juga pada manusia). Dan terpaparlah refleksi manusiawi, ia mulai termenung. Dengan bercermin pada peristiwa biasa (bunga jambu berguguran) ia menemukan intropeksi atau mawas diri dan dalam bunga-bunga gugur itu ia menemukan jejak perjalanan dirinya sendiri, ia seperti melihat perjalanan dirinya yang demikian yang tidak menentu. Termenung. Saat itulah, ia menjadi seorang filsuf”.

PEMBAHASAN

   Aristoeles dilahirkan di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi keahlian dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di Academia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato Untuk mengajar logika dan retorika. Setelah plato meninggal dunia, Aris Toteles bersama rekannya Xenokrates meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato di akademia tentang filsafat. Ia dan rekannya pergi ke Assos, tiba di Assos, Aris Toteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aris Toteles menikah dengan Pythias. Pada tahun 345 SM kota Assos diserang oleh tentara Parsi, rajanya (Rekan Aristoteles) dibunuh, kemudian Aris Toteles dengan kawan-kawannya melarikan diri ke Mytelene di pulau Lesbos tidak jauh dari Assos.
   Aristoteles terkenal sebagai Bapak “Logika”. Itu tidak berarti bahwa sebelum dia, tidak ada logika. Tiap uraian ilmiah berdasarkan logika. Logika tidak lain dari berfikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. Semua ilmuan dari filosifi sebelum Aristoteles mempergunakan logika sebaik-baiknya. Pada dasarnya, berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalam hubungan yang tepat. Akan tetapi, Aristoteleslah yang pertama kali membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.
   Tahun 342 Aris Toteles diundang raja Philippos dari Macedonia untuk mendidik anaknya Alexander. Dengan bantuan raja, Aris Toteles mendirikan sekolah Lykeion, sebab tempatnya dekat halaman yang dipersembahkan kepada dewa Apollo Lykeion. Aristoteles dikejar-kejar oleh pihak yang memusuhi partai Makedonia. Ia nyaris dihukum mati, kemungkinan besar karena tuduhan penghujatan terhadap para dewa. Namun, “gar orang-orang Thena tidak berdosa untuk kedua kalinya terhadap filsafat”, Aristoteles melarikan diri dari kota itu dan tinggal di Khalkis hingga akhir hayatnya dalam usia 69 tahun.
A. Realitas (Realisme Aristoteles)
   Istilah Realitas (Realisme) berasal dari kata Latin Realis yang berarti ‘sungguh-sungguh, nyata benar’. Oleh karena itu Realisme berpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh ada, terlepas dari indra dan budi yang menangkapnya karena objek itu memang dapat diselidiki, dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu filsafat. Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yag ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada.
   Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat universal dan khusus. Sebagai contoh, semua orang berbeda sifat-sifat mereka. Kita semua memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan tidak ada dua yang sama. Realisme berpendapat bahwa dalam melaksanakan prinsip-prinsip dan mengejar cita-cita etis orang perlu bersikap realistis. Artinya, dalam melaksanakan prinsip dan cita-cita etis itu orang perlu memperhitungkan semua faktor yaitu : situasi, kondisi, keadaan, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan orang-orang yang terlibat. Dengan memperhitungkan semua faktor itu, akan ditemukan bahwa tidak semua faktor itu mendukung pelaksanaan prinsip dan cita-cita etis.
B. Kategori
   Upaya untuk memahami segala sesuatu yang "ada" berdasarkan konstruksi pemikiran logic Aristoteles, maka terdapat sepuluh keberadaan yang oleh Aristoteles disebut dengan ten categories. Dalam logika Aristoteles, penggolongan suatu pengertian (kategori) sangat diperlukan, sebab pemahaman dengan kategori akan membantu seseorang untuk dapat merumuskan pemikirannya secara logis. Bagi Aristoteles, kategori adalah seperangkat pernyataan yang mampu mengklasifikasikan semua pernyataan lainnya. Kategori pokoknya adalah substansi dan sembilan yang lainnya disebut sebagai aksidensi.
   Aristoteles membagi kategori menjadi sepuluh kategori, yaitu:
a) substansi, yaitu hakekat sesuatu yang berdiri sendiri, seperti manusia, hewan, pohon.
c) kualitas (sifat) adalah suatu pengertian yang menunjukkan sifat ada itu, seperti kualitas Ahmad itu berkulit putih, merah, hijau, cerdas dan Iain-lain.
d) relasi (hubungan) adalah suatu pengertian yang menunjukkan sesuatu ada dengan adanya yang lain.
e) tempat (place) adalah pengertian yang menunjukkan letak ada itu di tengah ada yang lain.
f) waktu (time) adalah pengertian yang menunjukkan kapan atau berapa jumlah waktu ada itu berada.
g) posisi, yaitu pengertian yang menunjukkan bagaimana ada itu berada di tempatnya.
h) keadaan, yaitu pengertian yang menunjukkan bagaimana keberadaan itu dibandingkan dengan keberadaan ada yang lain; contoh: Air itu begitu tenang.
i) aksi, yaitu pengertian yang menyatakan suatu tindakan atau aktivitas dari ada itu, seperti Socrates itu minum racun.
j) positivitas yaitu suatu pengertian yang menunjukkan suatu tindakan yang diajukan kepada ada itu sendiri, seperti Sokrates itu dihukum mati.
Dari kesepuluh kategori tersebut, substansi merupakan hakekat sesuatu yang dapat berdiri sendiri, sedangkan sembilan yang lainnya merupakan penyebut atau pemberi bentuk terdapat substansi dan oleh karenanya ia tidak dapat berdiri sendiri, atau disebut dengan aksidensi.
C. Etika Kebahagiaan (Eudaimonisme)
   Setiap orang, masyarakat, bangsa mendambakan kebahagiaan. Berbagai teori, doktrin, paham menawarkan resep untuk menjadi bahagia. Semua agama menjanjikan kebahagiaan, baik di dunia maupun di surga. Karena itu, kebahagiaan merupakan perkara penting dalam hidup manusia. Suatu paham yang mendewakan kebahagiaan dan menganggapnya sebagai nilai hidup yang tertinggi adalah Kebahagiaan (Eudaimonisme). Nama itu sesuai dengan arti akar katanya karena Eudamoinisme berasal dari kata Yunani Eudoimonia, yang artinya ‘kebahagiaan’. Sebagai teori sepintas kilas tak ada yang salah dengan Eudoimonisme. Kebahagiaan merupakan nilai penting dalam hidup manusia dan amat berpengaruh bagi perilaku mereka. Namun, bila pandangan itu dipraktekkan dalam hidup nyata tidak sedikit pertanyaan yang dapat diajukan tentang kebahagiaan juga perbedaan dalam cara mendapatkannya.
   Didalam aliran filsafat aristoteles, etika mendapat tempat khusus. Hukum-hukumnya bukan diarahkan kepada suatu cita-cita yang kekal, mutlak tanpa syarat di dalam dunia yang mengatasi penginderaan kita tetapi diarahkan kedunia ini. Tujuan tertinggi yang ingin dicapai adalah “kebahagiaan” (Eudaimonia). Kebahagiaan ini bukan berarti kebahagiaan yang subyektif, tetapi sesuatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga segala sesuatu yang termasuk keadaan bahagia itu terdapat pada manusia.

PENUTUP


Kesimpulan
   Aristoteles adalah teman dan murid plato. Ia dilahirkan di Stageira. Keluarganya adalah orang-orang yang tertarik pada ilmu kedokteran. Ia banyak mempelajari ilmu filsafat, matematika, astronomi, retorika dan ilmu-ilmu yang lainnya. Diantara penulis-penulis islam yang mengagumi Aristoteles adalah Ibnu Rusyd. Ulasannya terhadap Aristoteles merupakan suatu karya standar (pegangan) untuk eropa abad pertengahan. Tidak ada pemisahan yang dibuat antara karya hasil Aristoteles denga pengulas Plato. Pada garis besarnya, pikiran-pikiran Aristoteles diperbaiki menurut ajaran-ajaran islam. Pikiran-pikirannya yang bersifat analitis dan panteistis bukan saja ternyata tidak dapat diterima oleh teolog-teolog islam, melainkan juga di tolak dan dikritik. Karena itu Realisme berpandangan bahwa obyek persepsi indriawi dan pengertian sungguh-sungguh ada terlepas dari indra dan budi yang menangkapnya karena obyek itu memang dapat diselidiki, dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditentukan hakikat nya lewat filsafat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment

jika ada kekurangan dan salah kata mohon maaf. semoga bermanfaat